Salah satu qaidah dalam pemuliaan terhadap ilmu adalah: menempuh jalan yang penuh dengan kesungguhan untuk sampai kepada ilmu.
Salah satu tolak ukur apakah kita memuliakan ilmu atau tidak adalah sejauh mana kita bersungguh sungguh dalam mencari dan mendapatkan ilmu tersebut. Sungguh jalan ilmu adalah jalan yang penuh dnegan kesungguhan.
Setiap sesuatu yang dituju, pasti memiliki jalan yang mengantarkan seseorang kepada tujuan tersebut. Maka barangsiapa yang menempuh jalan yang penuh dengan kesungguhan, maka jalan itu akan mengantarkan ia kepada apa yang ia inginkan. sebaliknya, jika tidak tepat jalan yang ia tempuh ia akan terhenti dan tak akan sampai.
Begitupun dengan ilmu, ia memiliki jalan yang harus ditempuh. Barangsiapa yang salah dalam memilih jalan, ia tak akan sampai. bahkan bisa jadi ia akan merasa penuh lelah dan peluh, namun faidah yang didapat sangatlah sedikit.
Al imam Az Zarnuji berkata ;
وكل "من أخطأ الطريق ضل، ولا ينال المقصود؛ قلّ أو جل
"Barangsiapa yang salah memilih jalan ia akan tersesat dan ia tak akan mendapatkan apa yang ia inginkan , tidak sedikit, tidak pula banyak"
Ibnul Qayyim berkata dalam (alfawaid) :
الجهل بالطريق وآفاتها والمقصود يوجب التعب الكثير مع الفائدة القليلةالجهل بالطريق وآفاتها والمقصود يوجب التعب الكثير مع الفائدة القليلة
"ketidak tahuan akan jalan dalam menuntut ilmu dan apa saja kendala kendala di dalam nya, serta tak tahu apa tujuan menuntut ilmu, akan menjadikan seseorang merasakan kelelahan yang bersangatan sedangkan faidah yang didapat sangatlah sedikit (tidak sebanding dengan lelah dan capai yang terasa,-pen)
Pe er kita sekarang adalah mencari tahu jalan, kendala, dan tujuan dalam menunutut ilmu.
Yang sangat disayangkan, penyakit banyak penuntut ilmu hari ini adalah; masih linglung dan bingung akan tiga perkara tersebut, sehingga ketika selesai dari pendidikan formal ia bingung hendak melanjutkan dan berbuat apa setelah itu.
Oleh sebab itu, banyak pula yang blunder dalam memilih langkah, Alih alih terus bersama dengan ilmu, ia malah menjauh, dan melupakan ilmu tersebut.
Karenanya, hendaknya seorang penuntut ilmu perhatian dalam masalah ini.
Penulis Tajul 'Aruus, Muhammad Murtadho bin Muhammad Az Zabiidi menuliskan dalam manzumahnya (Alfiyyah Sanad) sebuah ungkapan yang mecakup perkara perkara dalam mencari jalan yang benar dalam menunut ilmu, ia menyebutkan :
فما حوى الغاية في ألف سنة *** شخص فخذ من كل فن أحسنه
بحفظ متن جامع للراجح *** تأخذه على مفيد ناصح
Maka jalan ilmu dibangun di atas dua perkara : barangsiapa yang menempuh jalan tersebut maka ia termasuk orang yang memuliakan ilmu karena ia menempuh jalan yang memungkinkan ia untuk sampai pada apa yang ia tuju.
Hal pertama adalah : menghafal matan yang ringkas dan mendakdi acuan dalam satu bidang ilmu. karena hafalan adalah kunci menuntu ilmu dan kuat di atasnya.
Akan tetapi, yang terjadi hari ini adalah, banyak diantara penunut ilmu yang tidak kokoh keilmuannya disebabkan mereka tidak membangun pondasi ilmu tersebut dengan mempelajari dan menghafal matan matan yang nantinya akan memuluskan jalan dalam belajar, tentunya setelah taufik dari Allah.
Lalu matan apa yang patut dijadikan hafalan? yakni matan yang mu'tamad (menjadi sandaran) di kalangan para ahli. wallahu a'alam
Berlanjut......
Salah satu tolak ukur apakah kita memuliakan ilmu atau tidak adalah sejauh mana kita bersungguh sungguh dalam mencari dan mendapatkan ilmu tersebut. Sungguh jalan ilmu adalah jalan yang penuh dnegan kesungguhan.
Setiap sesuatu yang dituju, pasti memiliki jalan yang mengantarkan seseorang kepada tujuan tersebut. Maka barangsiapa yang menempuh jalan yang penuh dengan kesungguhan, maka jalan itu akan mengantarkan ia kepada apa yang ia inginkan. sebaliknya, jika tidak tepat jalan yang ia tempuh ia akan terhenti dan tak akan sampai.
Begitupun dengan ilmu, ia memiliki jalan yang harus ditempuh. Barangsiapa yang salah dalam memilih jalan, ia tak akan sampai. bahkan bisa jadi ia akan merasa penuh lelah dan peluh, namun faidah yang didapat sangatlah sedikit.
Al imam Az Zarnuji berkata ;
وكل "من أخطأ الطريق ضل، ولا ينال المقصود؛ قلّ أو جل
"Barangsiapa yang salah memilih jalan ia akan tersesat dan ia tak akan mendapatkan apa yang ia inginkan , tidak sedikit, tidak pula banyak"
Ibnul Qayyim berkata dalam (alfawaid) :
الجهل بالطريق وآفاتها والمقصود يوجب التعب الكثير مع الفائدة القليلةالجهل بالطريق وآفاتها والمقصود يوجب التعب الكثير مع الفائدة القليلة
"ketidak tahuan akan jalan dalam menuntut ilmu dan apa saja kendala kendala di dalam nya, serta tak tahu apa tujuan menuntut ilmu, akan menjadikan seseorang merasakan kelelahan yang bersangatan sedangkan faidah yang didapat sangatlah sedikit (tidak sebanding dengan lelah dan capai yang terasa,-pen)
Pe er kita sekarang adalah mencari tahu jalan, kendala, dan tujuan dalam menunutut ilmu.
Yang sangat disayangkan, penyakit banyak penuntut ilmu hari ini adalah; masih linglung dan bingung akan tiga perkara tersebut, sehingga ketika selesai dari pendidikan formal ia bingung hendak melanjutkan dan berbuat apa setelah itu.
Oleh sebab itu, banyak pula yang blunder dalam memilih langkah, Alih alih terus bersama dengan ilmu, ia malah menjauh, dan melupakan ilmu tersebut.
Karenanya, hendaknya seorang penuntut ilmu perhatian dalam masalah ini.
Penulis Tajul 'Aruus, Muhammad Murtadho bin Muhammad Az Zabiidi menuliskan dalam manzumahnya (Alfiyyah Sanad) sebuah ungkapan yang mecakup perkara perkara dalam mencari jalan yang benar dalam menunut ilmu, ia menyebutkan :
فما حوى الغاية في ألف سنة *** شخص فخذ من كل فن أحسنه
بحفظ متن جامع للراجح *** تأخذه على مفيد ناصح
Maka jalan ilmu dibangun di atas dua perkara : barangsiapa yang menempuh jalan tersebut maka ia termasuk orang yang memuliakan ilmu karena ia menempuh jalan yang memungkinkan ia untuk sampai pada apa yang ia tuju.
Hal pertama adalah : menghafal matan yang ringkas dan mendakdi acuan dalam satu bidang ilmu. karena hafalan adalah kunci menuntu ilmu dan kuat di atasnya.
Akan tetapi, yang terjadi hari ini adalah, banyak diantara penunut ilmu yang tidak kokoh keilmuannya disebabkan mereka tidak membangun pondasi ilmu tersebut dengan mempelajari dan menghafal matan matan yang nantinya akan memuluskan jalan dalam belajar, tentunya setelah taufik dari Allah.
Lalu matan apa yang patut dijadikan hafalan? yakni matan yang mu'tamad (menjadi sandaran) di kalangan para ahli. wallahu a'alam
Berlanjut......
0 Comments