''Sejak kapan kau bisa bermain kata kata? apa sejak dirimu meninggi dan jumawa? atau saat engkau terbuai dan lalai?"
Menurut
anda, dengan apa baiknya kita memulai kalimat kalimat ini? Apa dengan
tunjuk intimidasi atau dengan isyarat jempol pertanda ''monggo, lihat
lihat dulu??''
Baiklah, Kita mulai saja dengan perjalanan di antara ayat ayat Rabbul 'alamin. Berhadapan langsung dengan hadits hadits Rasul yang mulia shalallahu 'alaihi wasallam. Serta besentuhan langsung dengan perkataan pendahulu yang shaleh.
Benar sekali, Kita tengah berada di antara ancaman berat dari Tuhan semesta alam. Di antara peringatan keras dari UtusanNya, dan di antara hentakan kerasa dari para salaf.
Mari, kita perhatikan satu persatu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
(2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
عن أبي زيد أسامة بن زيد بن حارثة رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «يؤتى بالرجل يوم القيامة فيلقى في النار، فتندلق أقتاب بطنه، فيدور بها كما يدور الحمار في الرحى، فيجتمع إليه أهل النار فيقولون: يا فلان، ما لك؟ ألم تكن تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر؟ فيقول: بلى، كنت آمر بالمعروف ولا آتيه، وأنهى عن المنكر وآتيه».
Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)
!! Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)
!! Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)
!! Jundub bin Abdillah Al-Bajali
mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang lain
namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar
dirinya sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa
Fadhlih, 1/195)
Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih menyebutkan :
!! Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih menyebutkan :
!! Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
!! Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah
ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari
decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu
masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu
yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang
dikenakan.
!! Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu
pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan
ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain
perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
!! Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
!! Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
!! Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
!! Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
!! Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
!! Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
kau mau tahu, ancaman apa lagi yang disebut Rasulullah ? ini dia :
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بالْمَعْرُوفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ
عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابا مِنْ
عِنْدِهِ، ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلَا يَسْتَجِيب لَكُمْ
“Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian tetap menyuruh berbuat
kebaikan dan melarang perbuatan munkar, atau (jika kalian tidak melakukannya)
hampir saja Allah menurunkan siksa-Nya kepada kalian, kemudian kalian berdoa
kepada-Nya namun tidak dikabulkan” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/388-389,
At-Tirmidziy no. 2169, Al-Baihaqiy dalam Kubraa 10/93, Al-Baghawiy dalam
Syarhus-Sunnah no. 4154, dan yang lainnya; hasan].
"Kekuatan sebuah nasehat, biasanya berbanding lurus dengan siapa yang memberinya."
cinta kita memang besar terhadap saudara kita, peduli kita memang sangat kuat terhadap rekan kita. namun, adakah keprihatinan kita terhadap diri kita ?
lilin memang bisa menerangi, namun ia lupa bahwa semakin lama, ia semakin jumawa. merasa berhasil menerangi sekeliling padahal diri sendiri habis terbakar.
lalu, mengapa kita menulis dan menasehati?
mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran bukanlah syarat bagi
seseorang diperbolehkan mengajak orang lain berbuat baik dan mencegah
kemunkaran. Seandainya hal itu menjadi persyaratan, niscaya amar ma’ruf
nahi munkar banyak ditinggalkan orang.
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
وقال الحسن لمطرف بن عبدالله: عظ أصحابك، فقال إني أخاف أن أقول ما لا أفعل، قال: يرحمك الله وأينا يفعل ما يقول ويود الشيطان أنه قد ظفر بهذا، فلم يأمر أحد بمعروف ولم ينه عن منكر. وقال مالك عن ربيعة بن أبي عبدالرحمن سمعت سعيد بن جبير يقول: لو كان المرء لا يأمر بالمعروف ولا ينهى عن المنكر حتى لا يكون فيه شيء، ما أمر أحد بمعروف ولا نهى عن منكر. قال مالك: وصدق، من ذا الذي ليس فيه شيء.
Al-Hasan berkata kepada Mutharrif bin ‘Abdillah : “Nasihatilah shahabatmu”. Ia (Mutharrif) menjawab : “Sesungguhnya aku takut mengatakan apa yang tidak aku perbuat”. Al-Hasan berkata : “Semoga Allah merahmatimu. Dan siapakah di antara kita yang mampu melakukan semua yang dikatakannya ?. Setan sangatlah ingin mendapatkan keinginannya melalui perkataan ini, hingga tidak ada seorang pun yang menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran”.
Telah berkata Maalik, dari Rabii’ah bin Abi ‘Abdirrahmaan : Aku mendengar Sa’iid bin Jubair berkata : “Seandainya seseorang tidak boleh mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran hingga tidak ada dosa sedikitpun padanya (karena ia mengerjakan kebaikan yang ia perintahkan kepada orang lain, dan meninggalkan kemunkaran yang ia cegah kepada orang lain), niscaya tidak ada seorang pun yang akan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran”. Maalik berkata : “Ia benar. Siapakah orang yang tidak mempunyai dosa sama sekali ?” [Tafsiir Al-Qurthubiy, 1/367]
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia
sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah
orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh
aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang
diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh
memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol
dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang
yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
bukankah objek dari sebuah tulisan adlah penulisnya sendiri ? bukankah kita adalah kamu di setiap tulisan yang kita rangkai? maka, hendaklah kita kembali memperbaharuia niat dan kembali melihat kepada diri, sudahkan kita menajdai orang pertama yang mempraktekkan apa yang kita kata dan tulis?
Al-Hasan
Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku
akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang
paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku
memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku
supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh
memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol
dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang
yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.htmlmaka jalan tengahnya adalah seperti apa yang disampaikan oleh Imam , “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.htmlmaka jalan tengahnya adalah seperti apa yang disampaikan oleh Imam , “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)
semoga saja sedikit hentakan ini bermanfaat untuk diri penulis dan pembaca, karena sungguh kami menulis ini bukan karena kami sudah tak takut, namun, nasehat bukan hanya hak orang orang suci. jikalau tidak adda yang boleh menasehati kecuali orang yang tak bersalah, niscaya hanya Nabi yang pantas untuk melakukannya.
dikumpulkan dan digubah sedemikian rupa dari tulisan asatidz ; ust. Muhammad Abduh Tuasikal dalam rumaysho.or.id, ust. abul jauzaa dalam blog pribadinya, serta ust. Aris Munandar dalam muslim.or.id.
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
0 Comments