Gejala malas menulis, apapun. padahal bahs belum dimulai walau sekata
(dan saat anda baca ini sudah selesai atas izin Allah), makalah belum
dimulai walau menerka. blog sudah sepi, pengunjung mulai pergi. tagihan
artikel menumpuk, pertanyaan kapan terbit kian banyak masuk. ahh, entah
apa yang membuat saya terjun ke dunia ini? apa benar saya cinta? atau
hanya hawa saja yang membawa saya pada rangkaian kata kata?
Saya sudah sering bolak balik singgah di pelbagai rumah literasi dunia maya milik banyak penulis. ada yang bercerita tentang agama, orang tua, cita cita, bahkan tentang cinta. namun saya hanya tergugah membaca, tanpa ada motivasi untuk nantinya berbagi.
Contohnya beberapa hari yang lalu, saya singgah di tiga laman milik 3 tokoh agama yang hari ini aktif berbicara, dan memiliki panggung di banyak kota. 'diary hasan' milik ust Hasan Al Jaizi yang paling sering saya kunjungi, mengapa? variasi tulisan beliau lebih ananta dibanding laman tokoh agama lainnya. saya suka cara beliau menggiring opini pembaca. saya suka cerita beliau tentang masa kuliahnya di lipia, saya suka bahasan beliau tentang wahabisme yang mudah dicerna.
Begitu pun dengan laman 'abufairuz' milik ust aan candra thalib, rumah ini memang sudah tak lagi dihuni, namun isinya masih patut untuk disinggahi bahkan diambil hikmahnya. Beliau - semoga Allah menjaganya- masih aktif mengeluarkan tulisan tulisan epic walau hari ini media penyalurnya berbeda. Instagram beliau punya pengikut yg cukup banyak, lebih dari puluhan ribu pengguna aktif Instagram setia menunggu goresan tangan beliau. Tentang apapun, termasuk satire satire halus buat mereka yang masih bersikukuh pada ideologi 'yang penting baik' nya.
Satu lagi, saya juga singgah di halaman seorang kakak angkatan di kampus. entahlah apa dia sudah lulus, atau masih ngampus, saya tak tahu. beliau -semoga Allah menjaga dan menuntunnya- aktif sekali kata kata pembangunan diri. tulisan beliau sudah menembus ranah segala umur dan segala bidang. coba saja berkunjung ke @febriawanjauhari di instagram, feed rapi dan bermanfaat akan kita temukan.
sebenarnya, gejala malas menulis seperti ini sering saya rasakan. secara saya bukan seorang yang selalu baik moodnya. toh, sebaik apapun mood saya, tulisan saya tak pernah memuaskan.
bercerita tentang rasa puas, say perna sekali mersakan kepuasan dari tulisan tulisan yang saya buat, dan pada akhirnya saya baca sendiri. yaitu saat saya berhasil mengeluarkan unek unek terpendam saya dari dalam kepala. saat itu, kalau saya tidak salah mengingat, jakarta tengah dihebohkan dengan gerombolan pemuda yang bertindak bodoh. mencelakai rekannya, membunuh lawannya. saat itu, portal portal berita ramai memberiakan tentangnya. jadilah, segera setelah saya membaca beberapa referensi yang menurut saya cukup kredibel dalam menyampaikan beritanya, saya mulai menulis, tanpa konsep, irtijaaly, tak terarah, yang penting ngalir saja.
Saya sudah sering bolak balik singgah di pelbagai rumah literasi dunia maya milik banyak penulis. ada yang bercerita tentang agama, orang tua, cita cita, bahkan tentang cinta. namun saya hanya tergugah membaca, tanpa ada motivasi untuk nantinya berbagi.
Contohnya beberapa hari yang lalu, saya singgah di tiga laman milik 3 tokoh agama yang hari ini aktif berbicara, dan memiliki panggung di banyak kota. 'diary hasan' milik ust Hasan Al Jaizi yang paling sering saya kunjungi, mengapa? variasi tulisan beliau lebih ananta dibanding laman tokoh agama lainnya. saya suka cara beliau menggiring opini pembaca. saya suka cerita beliau tentang masa kuliahnya di lipia, saya suka bahasan beliau tentang wahabisme yang mudah dicerna.
Begitu pun dengan laman 'abufairuz' milik ust aan candra thalib, rumah ini memang sudah tak lagi dihuni, namun isinya masih patut untuk disinggahi bahkan diambil hikmahnya. Beliau - semoga Allah menjaganya- masih aktif mengeluarkan tulisan tulisan epic walau hari ini media penyalurnya berbeda. Instagram beliau punya pengikut yg cukup banyak, lebih dari puluhan ribu pengguna aktif Instagram setia menunggu goresan tangan beliau. Tentang apapun, termasuk satire satire halus buat mereka yang masih bersikukuh pada ideologi 'yang penting baik' nya.
Satu lagi, saya juga singgah di halaman seorang kakak angkatan di kampus. entahlah apa dia sudah lulus, atau masih ngampus, saya tak tahu. beliau -semoga Allah menjaga dan menuntunnya- aktif sekali kata kata pembangunan diri. tulisan beliau sudah menembus ranah segala umur dan segala bidang. coba saja berkunjung ke @febriawanjauhari di instagram, feed rapi dan bermanfaat akan kita temukan.
sebenarnya, gejala malas menulis seperti ini sering saya rasakan. secara saya bukan seorang yang selalu baik moodnya. toh, sebaik apapun mood saya, tulisan saya tak pernah memuaskan.
bercerita tentang rasa puas, say perna sekali mersakan kepuasan dari tulisan tulisan yang saya buat, dan pada akhirnya saya baca sendiri. yaitu saat saya berhasil mengeluarkan unek unek terpendam saya dari dalam kepala. saat itu, kalau saya tidak salah mengingat, jakarta tengah dihebohkan dengan gerombolan pemuda yang bertindak bodoh. mencelakai rekannya, membunuh lawannya. saat itu, portal portal berita ramai memberiakan tentangnya. jadilah, segera setelah saya membaca beberapa referensi yang menurut saya cukup kredibel dalam menyampaikan beritanya, saya mulai menulis, tanpa konsep, irtijaaly, tak terarah, yang penting ngalir saja.
dan,
kalian tahu hasilnya? pemilihan diksi dari tulisan yang saya rangkai
sangat tak pantas untuk dipublikasi. namun, hari ini, saat saya kembali
melihat pada kumoulan tulisan lawas, dada saya terasa berdecak, ooh,
bagus juga. kapan pula saya memakai diksi yang berada di antara bahaya
dan bodoh.? ya... saya merasa puas ketika melihat ulang tulisan itu.
entah mengapa? yang penting puas saja.
mungkin, otak kiri saya sudah terlalu mumet untuk terus melanjutkan kalimat kalimat ini. toh, tulisan ini hanya sekedar cerita cerita dan sharing biasa yang tak perlu juga untuk dibaca.
jika ada yang bertanya, "jadi, kapan kembali menulis?"
saya aka jawab "setiap hari, namun medianya berbeda, seperti catatan amalan mungkin"
persis, persis seperti apa yang salah seorang tokoh agama tersohor di Indonesia katakan
"sebenarnya, kita semua ini penulis. iya, penulis catatn amalan yang kelak akan dipertanggung jawabkan. maka, pilihlah diksi yang baik baik agar kelak menjadi buku yang baik untuk diterima"
sekian sepertinya, kopi saya sudah habis, eeeh, saya bukan anak kopi senja. almuhim, semoga ada faidahnya.
0 Comments